Berbagai jenis cacing beserta akibat yang
ditimbulkannya sering kali ditemukan di dalam tubuh burung. Di
antaranya yang banyak dijumpai adalah cacing tenggorokan (Syngamus trachea), cacing rambut (Capillaria sp.), cacing gelang (Ascaridia sp.), dan cacing pita (Cestoda).
1) Cacing tenggorokan
Gejala: Burung tampak batuk-batuk,
bersin, dan menggoyang-goyangkan kepala sambil menghilangkan lendir yang
keluar dari lubang hidungnya.
Penyebab: Penyakit ini disebabkan parasit
cacing tenggorokan. Cacing ini hidup di daerah tenggorokan yang dapat
menyumbat saluran pernapasan sehingga dapat menyebabkan kematian.
2) Cacing rambut
Gejala: Tidak ada gejala yang khas.
Gejala yang tampak hanyalah burung menderita diare. Namun, jika seekor
burung terkena maka akan menjalar dengan cepat kepada seluruh penghuni
sangkar tersebut sampai akhir-nya dapat mematikan seluruh isi sangkar
tersebut.
Penyebab: Penyakit ini disebabkan oleh
serangan cacing rambut. Infeksi cacing dapat melalui pakan, minuman, dan
tanah yang tercemar oleh telur cacing. Di dalam tubuh inang, cacing
hidup pada selaput mukosa usus yang menyerap sari makan melalui darah
burung yang dihisapnya.
3) Cacing gelang
Gejala: Serangan cacing ini tidak
menimbulkan gejala yang khas. Akibat serangan cacing ini dapat
menimbulkan penyakit kurang darah (anemia) dan keracunannya pada burung
inang oleh ekskresi buangan dari parasit. Demikian juga kebiasaan cacing
ini menggerombol pada satu tempat dapat menyebabkan tersumbatnya usus
sehingga berakibat burung inang mati.
Penyebab: Cacing gelang menjadi penyebab sakitnya burung-burung dari suku paruh bengkok, merpati, dan unggas.
Tanah yang terinfeksi cacing dapat
dikeduk bagian atasnya kemudian diberikan kapur pertanian serta
disemprot dengan larutan desinfektan, seperti FreshAves.
4) Cacing pita
Gejala: Cestodiosis dapat disebabkan oleh berbagai jenis cacing pita, se-perti Davainea proglottina, Raillietina sp., Amoebotaenia sphenoides, dan Choanotaenia infundibulum. Gejala
umum yang tampak pada burung yang terserang cestodiosis adalah lesu,
pucat, kurus, anoreksia (tidak mau makan), sedikit diare. Cestodiosis
davainea dapat menye-babkan burung tampak selalu membuka paruhnya
seperti kehausan, sedangkan cestodiosis raillietina dapat menyebabkan
bulu burung men-jadi kasar.
Penyebab penyakit ini adalah cacing pita. Cacing pita yang terpendek adalah Davainea proglottina (0,5 mm—3 mm) dan yang terpanjang adalah Raillietina tetragona dan R. echinobothrida (25 cm).
Selain pengobatan terhadap cacing, upaya
pencegahan juga perlu dilakukan. Hewan perantaranya yaitu lalat dan
siput darat perlu dibasmi. Hewan ini dapat menularkan telur-telur cacing
yang dimakan pada inangnya, yaitu unggas dan burung.
PENCEGAHAN
“Lebih baik mencegah daripada mengobati”
adalah ungkapan yang juga berlaku di dalam dunia kesehatan burung.
tJngkapan itu menjadi penting karena pengobatan pada burung lebih sulit
daripada mamalia. Hal ini berkaitan dengan masih jarangnya penelitian
mengenai kesehatan burung, terutama untuk burung liar, sehingga belum
dapat ditentukan jenis obat yang cocok dan dosis yang tepat bagi setiap
jenis burung. Oleh karena itu, ketentuan untuk pengobatan burung masih
menggunakan ukuran standar yang berlaku pada ayam, yang proporsinya
cukup berbeda dengan burung-burung peliharaan yang umumnya berasal dari
alam liar. Secara umum, beberapa hal berikut perlu diperhatikan dalam
perawatan dan kesehatan burung.
1. Burung harus dijauhkan dari
kondisi-kondisi penyebab stres, misalnya populasi yang terlalu padat di
dalam sangkar atau kemungkinan ada burung yang terlalu dominan.
2. Sangkar dijaga supaya tikus dan burung
gereja tidak sampai masuk ke dalamnya. Oleh karena itu, ukuran kawat
sangkar harus cukup rapat, spasi tidak lebih dari 2 cm.
3. Burung harus dihindarkan dari kondisi alam atau cuaca yang terlalu ekstrem, seperti kepanasan atau kedinginan.
4. Suplemen vitamin dan mineral harus diberikan secara teratur pada pakannya.
5. Kebersihan sangkar serta tempat pakan dan minum harus selalu terjaga.
6. Pakan yang diberikan harus dalam kondisi baik.
7. Kondisi burung diperiksa sekurang-kurangnya dua kali sehari, pada pagi dan sore hari.
No comments:
Post a Comment